Perempuan Dalam Baliho |
Kepada
perempuan di dalam baliho,
Kau
sendirian, aku ingin menghiburmu dengan cerita. Semoga niatku ini ikut menambah
kecantikanmu.
Kau
pasti tak pernah membaca. Karena begitu sulit mencari waktu untuk membaca,
sementara dirimu harus terus bergaya di dalam gambar, mematung dan tak boleh
bergerak. Maka aku ceritakan padamu perihal baliho dan seseorang yang bernama
Asih.
Suatu
pagi, Asih mendapati bercak lipstik di pakaian dalam suaminya. Pikirannya hanya
membayangkan sebuah skandal, sebuah perselingkuhan. Dengan kemarahan, Asih
mendatangi suaminya yang sedang berada di kantor. Suami Asih hanya seorang
sales kosmetik. Dalam perjalanan menuju kantor suaminya, Asih melihat model
iklan lipstik pada baliho yang melambungkan hayalan karena gambar bibir yang basah
dan setengah terbuka. Singkat cerita, ia hanya menghidupkan beberapa
imajinasinya untuk membunuh suaminya. Beruntunglah cerita berakhir dengan
adegan merayu dan terhindar dari tragedi.
Cerita
itu diberi judul Bibir Yang Merah Basah dan Setengah Terbuka. Pengarang
ceritanya bernama Seno Gumira Ajidarma. Jika kau tak menjadi perempuan dalam
baliho lagi, akan aku kenalkan kau dengannya.
Cerita
pendek yang aku ceritakan kembali tadi memang terlampau pendek. Aku hendak
mengabarimu bahwa baliho akan membentuk gambaran dibalik gambar. Setiap orang
yang melihat iklan besar akan menatap beberapa detik yang mereka punya untuk
kagum atau pura-pura tidak tahu. Tapi jika kau selalu tersenyum manis dengan
tatapan yang menolak, bukan tak mungkin, kekaguman akan berlanjut.
Hari
ini tanggal 21 April. Di dalam gedung-gedung yang berada di dekatmu ada
perempuan yang sedang merayakan hari istimewa dengan berkebaya. Hari ini adalah
pesta kelahiran Kartini, pahlawan nasional yang memperjuangkan hak-hak
perempuan untuk memperoleh kesetaraan dengan laki-laki dan menolak feodalisme
juga poligami. Setidaknya sejarah mengatakan begitu.
Kuceritakan
padamu tentang Kartini.
Kartini
adalah anak Bupati Jepara yang menikah dengan Bupati Rembang, saudara tua
perempuannya menikah dengan Patih Kendal, dan adiknya menikah dengan Bupati
Tegal. Bisa kau bayangkan, Kartini bukan perempuan biasa. Ia bagian dari kaum
ningrat di Jawa, priayi yang tak akan memutus silsilah.
Pada
awal abad 20, Kartini banyak menulis surat yang berisi tentang kegelisahannya
sebagai perempuan yang dihilangkan hak nya untuk berpendidikan dan harus
mengikuti apapun keinginan kerajaan. Surat-surat itu ditujukan untuk sahabat
pena-nya di Belanda.
Apakah
arti sebuah surat yang berisi “curhat”? Kartini membuat surat dan mengirimnya
berkali kali, setiap lekukan kertas dan huruf-huruf yang ia susun ada semangat
untuk melawan yang mengekang dan meminta yang telah hilang. Dalam hidupnya yang
singkat, ia pernah melawan aturan “memenjarakan” perempuan pasca umur 12
tahun..
Kepada
perempuan di dalam baliho,
Berapa
umurmu? Mengapa kau tak meniru Kartini untuk menolak pingitan dari kuasa
laki-laki dan hegemoni? Kartini dipenjara dinding kamar dan budaya raja pada
masanya. Sementara satu abad lebih setelah peristiwa itu kau hanya menjadi
perempuan yang dikurung oleh budaya membeli.
Kepada
perempuan di dalam baliho,
Siapa
namamu?
sebagian besar wanita beranggapan bahwa mempercantik dirinya sendiri adalah sebuah kebebasan yang sayangnya pencitraannya terperangkap dalam suatu baliho klinik kecantikan...
BalasHapus