Syahdan,
suatu malam ketika ramadhan, Muhammad yang kala itu sedang menyendiri dalam goa
didatangi oleh Jibril. Dengan pelukan yang begitu menakutkan, Jibril datang
bersama perintah dan amanat untuk seluruh manusia dan kelak perintah itu
berkembang lalu dibukukan menjadi kitab suci. Jibril datang membawa risalah dan
kata kerja: Bacalah!
Tentu
saja, kata itu tak bisa diberikan secara tunggal. Kata itu menjadi tempat
berpijak untuk kalimat selanjutnya yang menggiring pada tafsir agar semua
bertanggung jawab ketika mengeja; ketika membaca diawali dengan melihat
rangkaian aksara. Dan kalimat setelah itu adalah Bacalah, dengan menyebut nama
Tuhanmu.
Pada
Ramadhan yang lain, 14 tahun lebih pasca pesta millenium kedua, seorang
pencerita –lebih tepatnya seorang pendongeng- mencoba mematuhi perintah Tuhan
itu. Ia membaca lembaran-lembaran kitab suci, memahami beberapa bahasa dan
arti, menjelajah kalimat-kalimat dari kalam yang hampir jadi puisi, lalu jatuh
hati tentang pekerjaan Tuhan; bagaimana Ia mencipta semesta.
Pendongeng
itu selalu berbagi cerita pada pendengarnya tentang ayat-ayat. Ia sering
menyisipkan pesan Tuhan ke dalam dongengnya. Al Quran pun bukan buku baru yang
ia pernah baca. Dari kampung halamannya di Sabang, Aceh, ia sering mengaji,
membaca huruf-huruf hijaiyah dari kanan, menerima ajaran guru yang menguatkan
ajaran agama.
Karena
dongeng bekerja melalui kata-kata, mengubah teks menjadi konteks, kali ini, ia
memamerkan apa yang ia baca, mengubah yang sudah konteks menjadi kompleks
visual. Ia tertarik menerjemahkan tafsir kitab suci ke dalam gambar dua
dimensi. Ia merasa ingin selalu bermain-main pada bentuk, pada warna dan garis
yang berkelindan dalam imajinasinya, seperti Tuhan yang bermain-main dengan
wujud dan penciptaannya ketika bumi mulai ditata.
Pendongeng
itu bernama Pm Toh.
Ada
banyak ayat yang menjelaskan kerja Tuhan menciptakan langit, bumi, dan segala
kehidupan diantara keduanya. Ia memilih beberapa untuk dibaca, memilih
keheranan dan barangkali keraguan yang ia kekalkan pada ayat Tuhan. Ia tahu,
keraguan akan membawa pada iman; keyakinan yang membuatnya takjub pada isi
dunia.
Ia
memilih 12 ayat yang berarti ada 12 foto yang ia buat untuk pameran ini.
Walaupun 12 foto ini masih jauh mewakili imu pengetahuan tentang alam dan yang
sains, namun 12 foto ini sudah mengawali pembacaannya pada dunia sekitar,
pembacaannya untuk anak-anak yang selalu ia dongengkan, persis ketika Jibril
memberi kabar untuk Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar