4.7.15

Pengantar Baca Untuk Pameran “Hidangan Dari Langit” -25 Tahun Berkarya PM TOH


Syahdan, suatu malam ketika ramadhan, Muhammad yang kala itu sedang menyendiri dalam goa didatangi oleh Jibril. Dengan pelukan yang begitu menakutkan, Jibril datang bersama perintah dan amanat untuk seluruh manusia dan kelak perintah itu berkembang lalu dibukukan menjadi kitab suci. Jibril datang membawa risalah dan kata kerja: Bacalah!
Tentu saja, kata itu tak bisa diberikan secara tunggal. Kata itu menjadi tempat berpijak untuk kalimat selanjutnya yang menggiring pada tafsir agar semua bertanggung jawab ketika mengeja; ketika membaca diawali dengan melihat rangkaian aksara. Dan kalimat setelah itu adalah Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu.
Pada Ramadhan yang lain, 14 tahun lebih pasca pesta millenium kedua, seorang pencerita –lebih tepatnya seorang pendongeng- mencoba mematuhi perintah Tuhan itu. Ia membaca lembaran-lembaran kitab suci, memahami beberapa bahasa dan arti, menjelajah kalimat-kalimat dari kalam yang hampir jadi puisi, lalu jatuh hati tentang pekerjaan Tuhan; bagaimana Ia mencipta semesta.
Pendongeng itu selalu berbagi cerita pada pendengarnya tentang ayat-ayat. Ia sering menyisipkan pesan Tuhan ke dalam dongengnya. Al Quran pun bukan buku baru yang ia pernah baca. Dari kampung halamannya di Sabang, Aceh, ia sering mengaji, membaca huruf-huruf hijaiyah dari kanan, menerima ajaran guru yang menguatkan ajaran agama.
Karena dongeng bekerja melalui kata-kata, mengubah teks menjadi konteks, kali ini, ia memamerkan apa yang ia baca, mengubah yang sudah konteks menjadi kompleks visual. Ia tertarik menerjemahkan tafsir kitab suci ke dalam gambar dua dimensi. Ia merasa ingin selalu bermain-main pada bentuk, pada warna dan garis yang berkelindan dalam imajinasinya, seperti Tuhan yang bermain-main dengan wujud dan penciptaannya ketika bumi mulai ditata.
Pendongeng itu bernama Pm Toh. 
Ada banyak ayat yang menjelaskan kerja Tuhan menciptakan langit, bumi, dan segala kehidupan diantara keduanya. Ia memilih beberapa untuk dibaca, memilih keheranan dan barangkali keraguan yang ia kekalkan pada ayat Tuhan. Ia tahu, keraguan akan membawa pada iman; keyakinan yang membuatnya takjub pada isi dunia.
Ia memilih 12 ayat yang berarti ada 12 foto yang ia buat untuk pameran ini. Walaupun 12 foto ini masih jauh mewakili imu pengetahuan tentang alam dan yang sains, namun 12 foto ini sudah mengawali pembacaannya pada dunia sekitar, pembacaannya untuk anak-anak yang selalu ia dongengkan, persis ketika Jibril memberi kabar untuk Muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar